Neundeun Omong
Dalam pelaksanaannya neundeun omong biasanya, seperti berikut ini :
- Pihak orang tua calon pengantin bertamu kepada calon besan (calon pengantin perempuan). Berbincang dalam suasana santai penuh canda tawa, sambil sesekali diselingi pertanyaan yang bersifat menyelidiki status anak perempuannya apakah sudah ada yang melamar atau atau masih (belum punya pacar)
- Pihak orang tua (calon besan) pun demikian dalam menjawabnya penuh dengan benyolan penuh dengan siloka
- Walapun sudah sepakat diantara kedua orang tua itu, pada jaman dahulu kadang-kadang anak-anak mereka tidak tahu.
- Di beberapa daerah di wilayah pasundan kandang-kadang ada yang menggunakan cara dengan saling mengirimi barang tertentu. Seperti orang tua anak laki-laki mengirim rokok cerutu dan orang tua anak perempuan mengerti dengan maksud itu, maka apabila mereka setuju akan segera membalasnya dengan mengirimkan benih labu siem (binih waluh siem). Dengan demikian maka anak perempuannya itu sudah diteundeunan omong
Narosan (ngalamar / nyeureuhan )
Dalam bertamu yang keduakalinya ini desebut ngalamar nama ini diambil dari nama barang yang dibawa pada waktu itu yaitu lemareun terdiri atasa sirih, gambir dan apu)
Pada pelaksanaannya orang tua anak laki-laki biasanya sambil membawa barang-barang, seperti yaitu :
- lemareun, (seperti daun sirih, gambir, apu )
- pakian perempuan
- cincin meneng
- beubeur tameuh (ikat pinggang sang suka dipakai kaum perempuan terutama setelah melahirkan
- uang yang jumlahnya 1/10 dari jumlah yang akan dibawa pada waktu seserahan
Barang-barang yang dibawa dalam pelaksanaan upacara ngalamar itu tidak lepas dari simbol dan makna seperti :
- sirih, bentuknya segi tiga meruncing ke bawah kalau dimakan rasanya pedas. Gambir rasanya pahit dan kesat. Apu rasanya pahit. Tapi kalau sudah menyatu rasanya jadi enak dan dapat menyehatkan tubuh dan mencgah bau mulut.
- cincin meneng yaitu cincin tanpa sambungan mengandung makna bahwa rasa kasih dan sayang tidak ada putusnya
- pakian perempuan, mengandung makna sebagai tanda mulainya tanggung jawab daripihak laki-laki kepada perempuan
- beubeur tameuh, mengandung makna sebagai tanda adanya ikatan lahir dan batin antara kedua belah pihak
Nyandakeun atau Seserahan
Bertamu yang ke-tiga kalinya nyaitu upacara seserahan /nyandakeun, menyerahkan calon pangantin pria kepada pihak calon pengantin perempuan, sekalian menyerahkan keperluan-keperluan untuk acara resepsi pernikahan. Adapun jumlah uang yang diberikan pada saat itu biasanya jumlahnya 10x jumlah pada waktu melamar. Pada waktu dewasa ini biasanya pemasrahan calon pengantin pria ini, dilaksanakan pada saat sebelum akad nikah dilaksanakan. Atau pada acara seren tampi
Ngecagkeun Aisan
Upacara ini biasa dilaksanakan sehari sebelum acara resepsi pernikahan dilaksanakan, upacara ini diselenggarakan di kediaman calon pengantin perempuan. Upacara ini dilaksanakan sebagai simbol lepasnya tanggung jawab kedua orang tua calon pengantin
Proferty yang digunakan pada upcara ngaras diantaranya yaitu :
1. Palika atau pelita atau menggunakan lilin yang berjumlah tujuh buah. Hal ini mengandung makna yaitu rukun iman dan jumlah hari dalam seminggu
2. Kain putih, yang mengandung makna niat suci
3. Bunga tujuh rupa, mengandung makna bahwa perilaku kita, selama tujuh hari dalam seminggu harus wangi yang artinya baik.
4. Bunga hanjuang, mengandung makna bahawa kedua calon pengantin akan memasuki alam baru yaitu alam berumah tangga.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan upacara ngaras adalah sebagai berikut :
1. Orang tua calon pengantin perempuan keluar dari kamar sambil membawa lilin/ palika yang sudah menyala,
2. Kemudian di belakangnya diikuti oleh calon pengantin peremupan sambil dililit
(diais )oleh ibunya
3. Setelah sampai di tengah rumah kemudian kedua orang tua calon pengantin perempuan duduk dikursi yang telah dipersiapkan
4. Untuk menambah khidmatnya suasana biasanya sambil diiring alunan kecapi suling dalam lagu ayun ambing
Ngaras
Upacara ngaras artinya membasuh kedua telapak kaki orang tua sebagai tanda berbakti kepada orang tua. Pelaksanaan upacara ini dilaksanakan setelah upacara ngecagkeun aisan. Pelaksanaanya sebagai berikut :
- calon pengantin permpuan bersujud dipangkuan orang tuanya sambil berkata:
“ Ema, Bapa , disuhunkeun wening galihna, jembar manah ti salira. Kersa ngahapunten kana sugrining kalelepatan sim abdi. Rehing dina dinten enjing pisan sim abdi seja nohonan sunah rosul. Hapunten Ema, hapunten Bapa hibar pangdu’a ti salira “
- Orang tua calon perempuan menjawab sambil mengelus kepala anaknya :
“ Anaking, ! Titipan Gusti Yang Widi !
Ulah salempang hariwang, hidep sieun teu tinemu bagja ti Ema sareng ti Bapa mah, pidu’a sareng pangampura, dadas keur hidep sorangan, geulis !
- Selanjutnya kedua orang tua calon pengantin perempuan membawa anaknya ke tempat siraman untuk melaksanakan upacara siraman.
2.1.6 Siraman
Upacara siraman, artinya memandikan calon pengantin perempuan dengan air yang telah dicampur dengan air bunga tujuh rupa (kembang setaman). Maksud dari upacara siraman adalah sebagai simbol bahwa untuk menuju sebuah mahligai rumah tangga yang suci harus pula diawali dengan tubuh serta niat yang suci pula.
Adapun pelaksanaan upacara siraman adalah sebagai berikut:
1. Sesudahnya membacakan do’a, orang tua laki-laki dari calon pengantin permpuan langsung menyiramkan air dimulai dari atas kepala hingga ujung kakinya. Setelah itu diteruskan oleh ibunya dengan pelaksanaan sama seprti tadi. Dan setelah itu dilanjutkan oleh para kerabat dengan jumlah harus tujuh orang dan harus sudah menikah.
2. Pada siraman terakhir biasanya dilakukan dengan melafalkan jangjawokan (mantra-mantara ) seperti berikut ini :
cai suci cai hurip
cai rahmat cai nikmat
hayu diri uarang mandi
nya mandi jeung para Nabi
nya siram jeung para malaikat
kokosok badan rohani
cur mancur cahayaning Allah
cur mancur cahayaning ingsun
cai suci badan suka
mulih badan sampurna
sampurna ku paraniama
2.1.6 Ngerik
Setelah melaksanakan upacara siraman rangkaian upacara selanjutnya
yaitu, ngerik atau ngeningan. Yaitu mengerik bulu-bulu yang berada di sekitar wajah supaya hasil riasannya baik.
Mantera ketika melaksanakan upacara ngerik :
“Peso putih ninggang kana kulit putih
Cep tiis taya rasana
Mangka mumpung mangka melung
Maka eunteup maka sieup
Mangka meleng ka awakii Ngeuyeuk Seureuh
Kata ngeuyeuk berasal dari kata ngaheuyeuk yang berarti mengurus, mengolah.
Yaitu, mengurus lembaran-lembaran daun sirih disusun kedua lembar perut daun sirih (beuteung seureuh) disatukan selanjutnya diikat menggunakan tali dari benang (kanteh). Acara selanjutnya yaitu berlomba membuat lukun ( gulungan daun sirih yang tekah dibubuhi apu dan gambir ).
Acara nyeuyeuk seureuh biasanya dihadiri oleh kedua calon pengantin beserta dengan keluarganya, yang dilaksanakan pada malam hari sebelum acara akad nikah.
Tata cara melaksanakan upacara ngeuyeuk seureuh adalah sebagai berikut :
- Alat dan bahan ( perlengkapan ) ngeuyeuk suereuh ditaruh diatas selembar tikar pandan, kemudian ditutup memakai kain putih (kain kapan)
- Pemandu acara kemudian memanggil orang-orang yang akan melaksanakan (membantu) upacara ngeuyeuk seureuh yang berjumlah tujuh orang. Angka tujuh dianggap keramat.
- Yang menyaksikan upacara ngeuyeuk seureuh biasanya kebanyakan kaum perempuan. Untuk membedakan antara pelaksana upacara dengan penonton biasanya menggunakan benang putih.
- Anak gadis atau jejaka dilarang menyaksikan upacara ini, karena dipercaya akan sulit mendapatkan jodoh ( jomblo )
Upacara Adat Sunda Akad Pernikahan
Pada hari yang telah ditetepkan dan disepakati oleh kedua keluarga calon pengantin. Rombongan keluarga calon pengantin pria datang ke kediaman calon pengantin perempuan. Selain membawa untuk mas kawin biasanya juga membawa barang-barang seperti peralatan dapur, perabotan kamar tidur, kayu bakar, gentong (gerabah untuk menyimpan beras).
Di daerah Priangan susunan acara upacara akad nikah, biasanya
seperti berikut ini :
- Pembukaan
a. Penjemputan calon pengantin pria. Dalam acara ini biasanya dilaksanakan prosesi upacara mapag.
b. Mengalungkan untaian bunga melati
c. Gunting pita
- Penyerahan calon pengantin pria
a. Yang mewakili pemasrahan calon penganti pria biasanya diwakilkan kepada orang yang dituakan (ahli berpidato)
b. Yang menerima dari perwakilan calon pengantin perempuan juga biasanya diwakilkan.
- Akad nikah
Diserahkan kepada petugas dari Kantor Urusan Agama (KUA)
- Menyerakan mas kawin (mahar)
- Sungkeman
Kedua pengantin melakukan sungkeman meminta do’a dan restu dari kedua orang tua mereka.
2. Upacara Adat Sunda Setelah Akad Pernikahan
Setelah melaksanakan akad nikah kedua mmempelai masih harus melakukan serangkaian upacara adat yang disebut bantayan. Orang yang memimpin upacara ini harus orang yang mempunyai watak humor. Adapun acara adat yang dilakukan pada upacara bantayan adalah sebagai berikut :
1. Sawer pengantin
Kata sawer berasal dari kata panyaweran , yang dalam bahasa Sunda berarti tempat jatuhnya air dari atap rumah atau ujung genting bagian bawah. Mungkin kata sawer ini diambil dari tempat berlangsungnya upacara adat tersebut yaitu panyaweran.
Bahan-bahan yang diperlukan dan digunakan dalam upacara sawer ini tidaklah lepas dari symbol dan maksud yang hendak disampaikan lepada penganti baru ini, seperti :
- beras yang mengandung symbol kemakmuran. Maksudnya mudah-mudah setelah berumah tangga pengantin bisa hidup makmur
- uang recehan mengandung symbol kemakmuran maksudnya apabila kita mendapatkan kemakmuran kita harus ikhlas berbagi dengan Fakir dan yatim
- kembang gula, artinya mudah-mudah dalam melaksanakan rumah tangga mendapatkan manisnya hidup berumah tangga.
- kunyit, sebagai symbol kejayaan mudah-mudahan dalam hidup berumah tangga bisa meraih kejayaan.
- Kemudian semua bahan dan kelengkapan itu dilemparkan, artinya kita harus bersifat dermawan.
Syair-syair yang dinyanyikan pada upacara adapt nyawer adalah sebagai berikut :
KIDUNG SAWER
Pangapunten kasadaya
Kanu sami araya
Rehna bade nyawer heula
Ngedalkeun eusi werdaya
Dangukeun ieu piwulang
Tawis nu mikamelang
Teu pisan dek kumalancang
Megatan ngahalang-halang
Bisina tacan kaharti
Tengetkeun masing rastiti
Ucap lampah ati-ati
Kudu silih beuli ati
Lampah ulah pasalia
Singalap hayang waluya
Upama pakiya-kiya
Ahirna matak pasea
1 Nincak endog (menginjak telur)
Mengandung symbol keperawanan dan benih artinya agar pengantin perempuan bisa memberikan keturunan yang baik.
2 Meuleum harupat (membakar lidi )
Mengandung maksud bahwa dalam memecahkan suatu permasalahan jangan punya sifat seperti harupat yang mudah patah tetapi harus dengan pikiran yang bijaksana. Pelaksanaannya yaitu kedua mempelai memegang harupat saling berhadapan dan langsung mematahkannya.
3 Buka pintu
Diawali mengetuk pintu tiga kali. Diadakan tanya jawab dengan pantun bersahutan dari dalam dan luar pintu rumah. Setelah kalimat syahadat dibacakan, pintu dibuka. Pengantin masuk menuju pelaminan..Dialog pengantin perempuan dengan pengantin laki-laki seperti berikut ini :
KENTAR BAYUBUD
Istri : Saha eta anu kumawani
Taya tata taya bemakrama
Ketrak- ketrok kana panto
Laki-laki : Geuning bet jadi kitu
Api-api kawas nu pangling
Apan ieu teh engkang
Hayang geura tepung
Tambah teu kuat ku era
Da diluar seueur tamu nu ningali
Istri : Euleuh karah panutan
4 Huap lingkung
Setelah buka pintu dilaksanakan kedua mempelai dipertemukan, dan dibawa ke kamar pengantin untuk melaksanakan upacara huap lingkung.Perlengkapan yang harus disediakan seperti : sepasang merpati, bekakak ayam,nasi kuning, dll.
5 Melepaskan sepasang burung merpat
Upacara ini mengandung maksud bahwa kedua mempelai akan mengarungi dunia baru yaitu dunia rumah tangga.
6 Numbas
Upacara numbas biasa dilaksanakan satu minggu setelah akad nikah. Upacara numbas mengandung maksud untuk memberi tahu kepada keluarga dan tetangga bahwa pengantin perempuan “tidak mengecewakan “ pengantin laki-laki. Upacara numbas dilakukan dengan cara membagi-bagikan nasi kuning
Tidak ada komentar:
Posting Komentar