Suatu kenyataan bahwa pusat Kesenian Topeng di wilayah Cirebon tersebar luas di desa-desa, bukan berpusat di Keraton. Pewarisannya dilakukan secara turun-temurun dari generasi ke generasi, yaitu dari orang tua diturunkan ke sanak keluarga sebagai penerusnya yang hingga kini masih tekun mempertahankannya. Ketahanan ini disebabkan adanya kesadaran bahwa meneruskan seni leluhur (karuhun) merupakan pancen (keharusan), dan penerusannya adalah tanggung jawab sanak keluarga. Hal ini dapat terjalin karena dukungan pranata sosial masyarakatnya yang memiliki kesadaran bahwa Kesenian Topeng merupakan kelengkapan spiritual kehidupan.
Jenis-Jenis Kesenian Topeng
Pada rumpun Tan Topeng ini umumnya ciri setiap pelaku penari dalam memerankan karaktemya menggunakan tutup muka atau kedok; yang dibuat dari bahan kayu dalam ukuran khusus dengan bentuk wajah dan warn disesuaikan dengan karakter tokoh yang akan ditarikan. Pemakaian topeng ini sebagai rias muka yang dapat diganti dalam waktu singkat.
Tari topeng yang masih menggunakan tutup muka atau kedok tersebut sampai saat ini masih terdapat di beberapa daerah di Jawa Barat di antaranya yang paling baku di wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka. Namun tariannya di antaranya: Tani Topeng Panji; bentuk topeng karakter halus warna putih ukiran mata sipit tetapi memiliki daya magis dan kedalaman pandang sebagai salah seorang yang berwibawa dan berbudi luhur. Tan Topeng Pamindo; bentuk topeng karakter remaja memiliki daya tank gembira, warna hijau muda atau kadang-kadang hiasan rambut berwarna putih dan bibir sedikit terbuka. Tari Topeng Rumiang; bentuk topeng karakter di atas karakter Pamindo, hiasan rambut merah muda dan nampak bibir senyum seolah-olah memiliki puncak keremajaan yang mengagumkan. Tari Topeng Tumenggung atau Patih; bentuk topeng dewasa mata terbuka, berkumis, dahi lebar berwajah merah jambu memiliki kemampuan sebagai seorang pejabat Patih Tumenggung atau patih dari suatu kerajaan.
Tani Topeng Kelana; bentuk topeng karakter angkuh atau sosok manusia sombong, pada ukiran ini tampak hiasan kepala memakai siger jambang, mata lebih nampak bengis berkumis tebal serta bibir gigi gereget kesan marah yang tidak puas-puas, warna muka merah tua.
Tari topeng lainnya adalah sejenis Topeng Panakawan atau topeng yang dibuat khusus untuk penari yang bila memerankan tokoh lainnya yang sejenis. Topeng jenis ini disebut Topeng Jantuk; artinya topeng dibuat setengah hanya dari bagman hidung ke atas, bagian bawah terbuka bebas mulut asli tetap nampak.
Topeng-topeng semacam ini di Jawa Barat umumnya dipergunakan dalam pertunjukan Topeng Banjet yang masih ada di daerah Bekasi, Depok, dan Kabupaten Bogor bagian utara.
Kembali kepada wilayah cikal-bakal Kesenian Topeng di Jawa Barat, yaitu Cirebon, di sini terdapat Seni Topeng Babakan, Seni Wayang Wong (wayang topeng), dan Seni Bengberokan atau Bangbarongan. Kenyataannya sekarang Seni Topeng Babakan yang paling banyak tampil di masyarakat, sampai ke Mancanagara.
Ada beberapa alasan mengapa sampai terjadi demikian. Mungkin karena Seni Topeng Babakan tidak memerlukan banyak penari yang tampil, cukup seorang penari Bodor, atau karena tariannya yang umumnya tari tunggal, lebih menarik dengan keanekaannya, berkaitan adanya perwatakan seperti Tari Topeng Panji yang halus; Tari Topeng Pamindo yang lincah, Tari Topeng Tumenggung yang gagah, dan Tari Topeng Kalana yang gagah serta garang. Adapula adegan petikan Tari Tumenggung Magangdiraja dengan Jinggaanom yang mengandung adegan perang serta melawak. Di samping munculnya bodor yang menghilangkan kejenuhan suasana, dan di sini pula dapat disampaikan pesan-pesan budi pekerti dan kemasyarakatan sambil berkomunikasi kepada penonton.
Selain itu kemungkinan lainnya adalah banyaknya perbendaharaan gerak tari yang cukup menarik, terjalin pada setiap pemunculan perwatakan, ditambah gerakan kepala yang tertutup kedok, serta gerakan alat bantu seperti rawis (sumping), gerakan carecet (ules), serta gerakan sodernya. Perkiraan yang menyebabkan ketahanannya sepanjang masa adalah karena Topeng Babakan yang disebut Topeng Dinaan, masih terpaut kepada kebiasaan atau adat masyarakat di wilayah Cirebon yang biasa menanggapnya sehari suntuk (sedina, sadinten), sebelum nanggap Wayang Kulit pada malamnya sebagai kelengkapan suatu perhelatan pernikahan, khitanan, babarit, dan sebagainya. Khasanah Seni Topeng yang lain, di samping Topeng Babakan adalah Wayang Wong dimana para pemainnya merupakan penari yang menggunakan kedok, dengan antawacananya sendiri-sendiri.
Kesenian Wayang Topeng bukan saja menyangkut seni tari topengnya, tapi juga seni pewayangan, seni karawitan, seni pedalangan, seni membuat kedok, termasuk pula busana Wayang Wong Jawa Barat yang memiliki ciri tersendiri. Tidak dipungkiri bahwa pada Wayang Wong dituntut pula kemampuan lain dad penari, yaitu kemampuan melakukan antawacana, atau melakukan gerakan mengikuti kata-kata Sang Dalang bila memakai kedok. Tapi sepanjang yang pernah disaksikan, para pemain Topeng Babakan juga tnampu tampil sebagai pemain Wayang Topeng. Kemampuan ini merupakan living treasure yang sangat berharga, oleh karena itu tidak pantas kalau tidak dimanfaatkan bahkan dikembangkan pemasyarakatannya.
Khasanah Kesenian Topeng lainnya yang telah dikemukakan di depan ialah Bengberokan atau Bangbarongan, yang umumnya hanya terdiri atas seorang 3%1 takUhnik dental Cutup kepada berbentuk ke.pga.Barong (beruarig), dan sekujur badannya ditutupi kain yang berbentuk karung.
Adapun pertunjukannya dilakukan sepanjang jalan dengan iringan tetabuhan yang sangat sederhana, terdiri atas kecrek, bende, kulanter, dan perangkat kecil lainnya. Mereka biasa mengamen, dan bagi yang memberi imbalan, diyakininya akan mendapat pahala atau terhindar dari malapetaka clan wabah penyakit.
Perkembangan Kesenian Topeng
Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa Kesenian Topeng di wilayah Cirebon tersebar luas di desa-desa, bukan berpusat di Keraton, sehingga Kesenian Topeng Cirebon tidak hanya hidup di tengah masyarakat pendukungnya saja. Berkat kelonggaran adat dan tradisi masyarakat Jawa Barat, termasuk Cirebon, maka Kesenian Topeng Cirebon sempat menyebar ke luar wilayahnya. Biasanya pelakunya adalah para pengamen yang terpaksa mencari tambahan biaya hidup di musim paceklik. Hal ini terjadi pada akhir abad 19 sampai dengan abad 20. Selanjutnya kalangan Ningrat di wilayah Priangan menjadi tertarik untuk belajar dari para penari di Priangan. Karena Kesenian Topeng di Priangan tidak ada ikatan dengan pranata sosial masyarakatnya, seperti di wilayah Cirebon, maka pertumbuhannya terbatas kepada jenis-jenis Tani Topeng yang digemari para penari dan penontonnya. Kondisi di Priangan tidak seutuh di Cirebon dalam pelestariannya. Walaupun demikian Tari Topeng di wilayah Priangan pernah menjadi mata acara pergelaran yang menonjol sebagai tarian tunggal.
Penyebaran Kesenian Topeng ke sebelah Barat Jawa Barat pernah pula menyentuh seni teater daerah setempat, sehingga timbul bentuk tester yang disebut Topeng Betawi, Topeng Cisalak atau Topeng Kinang, dan Topeng Kacrit, yang dibuka dengan babak taxi yang menampilkan tan topeng Akan tetapi babak-babak berikutnya menampilkan adegan teater daerah seperti Banjet di daerah Karawang dan Longser di daerah Priangan. Istilah Jipeng adalah berasal dari kata tanji dan topeng. Mungkin di masa lalu juga menampilkan Tari Topeng, namun kini tinggal pertunjukan musik dengan menggunakan alat tiup dari barat.
Topeng Babakan menjadi sumber pertumbuhan topeng tunggal di wilayah Priangan, seperti Topeng Kalana, Topeng Menakjingga, Topeng Koncaran (R. Tjetje Somantni), serta taxi Topeng Tiga Watak (Nugraha Sudireja). Demikian pula dengan thing Keurseus yang sudah menyebar di seluruh Jawa Barat, menurut pemrakarsanya R. Sambas Wirakusumah, ketua Wirahma Sari Rancaekek, adalah diilharni rumpun Tan Topeng Babakan. Selanjutnya karya besar Sendratari Ramayana yang mewakili Jawa Barat pada Festival Ramayana International di Pandaan Jawa Timur pada tahun 1971, telah banyak menggunakan unsur-unsur Topeng Babakan.
Menurut Dr. TH. Pigeaud dalam bukunya Javaanse Volksvertoningen, Topeng Wayang di Jawa Barat pernah tersebar di Priangan bahkan sampai ke Banten. Sebagai salah satu bukti dikemukakannya pula bahwa koleksi kedok suatu wayang topeng berupa kedok sebanyak 27 buah yang pernah dimiliki Patih Sumedang R. Rangga Soeriadihardja kith masih ada, dan tersimpan secara rapi di Museum Mangkunegaran, Surakarta. Juga terdapat koleksi Mayor Cina Tan Tjin Kie sebanyak 48 bush kedok berasal dari Cirebon. Di Filed Museum Chicago Amerika Serikat terdapat koleksi perlengkapan Wayang Topeng dari Sukabumi yang lengkap dengan busananya, di antaranya tutup kepala yang masih terbuat dan bahan logam (seng) yang disebut Kelingan, karena sambungannya dilcerjakan dengan cara dikeling. Dari Serang, Banten juga masih tersimpan koleksi kelengkapan wayang topengnya.
Sumber :
LP Edisi 16/Desember 1998 ISSN 0854-7475 Kesenian Daerah Di Jawa Barat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar